RIAU REDAKSI – Jakarta, Beras bagi masyarakat Barat memang kurang dikenal. Namun, bagi masyarakat Asia yang menyumbang 60% total populasi dunia, beras adalah segalanya.
Di balik lahapnya masyarakat Asia menyantap produk dari beras, ada tangan dingin petani China bernama Yuan Longping. Dia adalah tokoh kunci di balik temuan varietas beras baru yang memungkinkan produksi beras melonjak berkali-kali lipat hingga mencukupi kebutuhan pasar.
Bagaimana kisahnya?
Kisah penemuan ini bermula dari rasa keprihatinan Yuan atas peristiwa kelaparan besar di akhir tahun 1960-an. Kala itu, jutaan masyarakat China mati kelaparan akibat kegagalan produksi pertanian.
Yuan, yang merasa beruntung karena masih hidup, tak ingin melihat kejadian itu terulang di masa depan. Alhasil, dia bergegas mengembangkan padi jenis baru yang bisa tumbuh lebih cepat dan bisa bertahan di lahan kurang subur, tetapi bisa menghasilkan panen lebih banyak.
Secara logika, ide Yuan memang tak bisa diterima. Namun, faktanya dia bisa membuat varietas padi yang seperti itu pada 1970-an. Caranya, mengutip South China Morning Post, adalah dengan melakukan perkawinan silang benih padi jantan yang mandul dengan benih padi yang lain.
Varietas tersebut kelak diberi nama padi hibrida dan menjadi terobosan baru selain penanaman padi teknik konvensional. Penemuan ini dengan cepat diterapkan secara massal pada 1976 dan terbukti berhasil meningkatkan produksi padi sebesar 20%-30% lebih banyak dibanding biasanya.
Dalam catatan New York Post, padi hibrida pada awalnya telah berhasil ditanam di lahan seluas 16 juta hektar, atau keseluruhan dari sawah di China, yang kesuburannya hanya 9%. Bahkan, pemerintah menyebut penemuan Yuan berhasil memberi makan seluruh penduduk China.
Menariknya, penemuan ini tak dipantenkan oleh Yuan, meski di sisi lain paten sangat mungkin dan bisa membuat kaya raya. Yuan akhirnya lebih memilih memberi hasil temuannya ke Lembaga Penelitian Padi Internasional secara sukarela agar seluruh negara-negara di dunia bisa menerapkan padi hibrida.
Selain itu, dia juga mengajarkan para petani di banyak negara supaya bisa menerapkan padi hibrida. Atas dasar inilah, negara-negara seperti Australia, Inggris, Mesir, Italia, Jepang, AS, dan Indonesia bisa menerapkan padi hibrida tanpa perlu membayar paten ke Yuan atau pemerintah China.
Sejak itulah dia menjadi terkenal dan dianugerahi banyak penghargaan internasional. Banyak juga yang menganggapnya sebagai pahlawan di sektor pertanian. China secara khusus menjulukinya sebagai “Bapak Hibrida.” Berkat temuannya itu, banyak negara yang mengalami kenaikan produksi beras dalam skala luar biasa. Salah satunya adalah China yang menempati papan atas negara produsen beras.
Namun, kiprah besar Yuan harus terhenti pada 22 Mei 2021 usai meninggal di usia 92 tahun karena sakit.
*****
Lihat: : Sumber Berita
RIAU REDAKSI
# Portal Berita Pekanbaru # Portal Berita Riau # Berita Pekanbaru # Berita Riau