BERITA RIAU, PEKANBARU – Tiga siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) Pertanian Terpadu Riau paparkan hasil temuannya menciptakan alat penjernih udara yang dapat menyaring polusi.
Ketiga siswa SMKN Pertanian Terpadu yakni Alfahrizi, Mimi Nurvita dan Arti Sintia. Didampingi Kepala Sekolah SMKN dan guru pembimbingnya yakni Sudarti dan Artini Rizqa, tanpa ragu menjelaskan hasil risetnya dengan memanfaatkan tanaman sansevieria atau lidah mertua dan batu zeolit yang dikemas menjadi sebuah inovasi.
“Alat yang kami temukan ini mampu menurunkan kandungan polutan yang mengandung NO2 setelah diuji menggunakan parameter IM Finger,” kata Mimi saat memaparkan hasil karyanya di ruang kerja Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Riau Rudyanto, Senin (3/2/20).
Alat penyaringan polusi udara yang diberi nama Envri Solution Filter itu disebut juga berhasil menjuarai lomba karya tulis Pekan Raya Biologi 2020 yang dilaksanakan oleh Universitas Riau beberapa waktu lalu.
Kemudian, alat Enveri Polution Filter ini mampu meminimalisir polusi udara dan udara yang dihasilkan tidak berbahaya bagi kesehatan manusia.
“Alat tersebut sudah ujicoba di laboratorium pusat pengembangan pembangunan ekoregion Sumatera, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang berkedudukan di Pekanbaru,” papar Mimi.
Ada pun alasan mereka menciptakan alat tersebut yakni karena melihat saat ini polusi udara merupakan masalah utama yang menyebabkan gangguan kesehatan. Baik yang berasal dari kebakaran hutan dan lahan dan akibat kendaraan bermotor.
“Atas dasar itu kami tertarik membuat alat penyaring polusi udara yang sederhana ini. Kami harap, alat ini bisa memberi solusi untuk mengantisipasi masalah polusi udara dan menciptakan udara yang bersih dan baik untuk kesehatan,” sebutnya.
Mimi menjelaskan, selain dua bahan baku penjernih udara tersebut, bahan lainnya ynag digunakan untuk membuat alat ini juga tergolong mudah didapat. Seperti kardus, botol bekas air mineral, kipas angin DC, dinamo, batu baterai, stop kontak mini dan juga kain kasa.
“Cara kerja alat ini dengan menyerap polusi udara dari kipas angin DC, lalu menuju filter yang ada di dalam,” katanya.
“Kami mendukung para siswa yang kreatif dalam menciptakan alat-alat yang bermanfaat. Ini sebuah karya yang luar biasa,” terangnya.
Untuk itu, Rudyanto berpesan ke depan agar alat ini bisa terus dikembangkan, jika perlu bisa diproduksi secara massal sehingga bisa dimanfaatkan lebih luas.
Tak hanya itu, Rudyanto juga menyarankan agar para siswa dapat mencari pontensi daerah yang bisa dijadikan bahan baku alat tersebut.
“Kalau bisa kita manfaatkan potensi daerah sebagai bahan baku alat ini. Misalnya cari batu yang senyawa dengan batu zeolit. Karena kalau kita produksi massal akan sulit mencari batu itu. Tadi informasinya batu zeolit itu banyak di pulau Jawa,” jelasnya.
Kemudian Rudyanto juga berharap alat itu dapat dikemas sebaik mungkin. Sehingga memiliki nilai ekonomis.
“Tolong ibu Kepsek dan pembimbing saya pesan agar siswa kita terus dibina. Jangan sampai karya anak kita sampai di sini saja, tapi lebih dikembangkan lagi,” pesannya.
Kepala SMKN Pertanian Terpadu Riau, Sudarti menyatakan siap membimbing para siswa pembuat alat penyaring udara untuk mengembangkan karyanya.
“Apa yang menjadi saran dan ide pak Kadis tentu ini akan kita tindaklanjuti. Karena kami di SMKN Pertanian punya motto tidak ada hari tanpa karya,” ujarnya.
Sumber : riauterkini.com