Jakarta, CNBC Indonesia – Tim penyelamat Pakistan berhasil menyelamatkan tujuh anak dan seorang pria ke tempat aman setelah kereta gantung yang mereka tumpangi tersangkut di atas jurang terpencil pada Selasa (22/8/2023). Upaya penyelamatan berlangsung selama lebih dari 15 jam.

“Itu adalah operasi penyelamatan unik yang membutuhkan banyak keterampilan,” kata militer dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Reuters, Rabu (23/8/2023).

Operasi berisiko tinggi di utara Pakistan selesai dalam kegelapan malam. Insiden tersangkutnya kereta gantung terjadi pada pagi hari yang membuat kereta tergantung dalam posisi miring sepanjang hari.

Kronologi insiden kereta gantung

Salah satu jalur kabel yang membawa kereta gantung putus sekitar pukul 07.00 waktu setempat saat para siswa sedang dalam perjalanan ke sekolah di daerah pegunungan di Battagram, sekitar 200 km di utara Islamabad, kata para pejabat.

Kereta gantung itu terjebak di tengah jurang, sekitar 275 meter di atas tanah, kata Shariq Riaz Khattak, petugas penyelamat di lokasi tersebut, kepada Reuters.

Misi penyelamatan helikopter menjadi rumit karena angin kencang di daerah tersebut. Selain itu, baling-baling helikopter berisiko semakin mengganggu kestabilan kereta gantung.

“Situasi kami genting, demi Tuhan, lakukan sesuatu,” kata Gulfaraz, seorang penumpang kereta gantung berusia 20 tahun, kepada saluran televisi lokal Geo News melalui telepon.

Dia mengatakan anak-anak yang terjebak di atas jurang berusia 10 hingga 15 tahun dan salah satunya pingsan karena suhu panas dan ketakutan.

Sebuah video yang dibagikan oleh pejabat di lembaga penyelamatan menunjukkan ada puluhan tim serta penduduk setempat berbaris di dekat tepi jurang yang gelap. Mereka menarik kabel sampai seorang anak laki-laki yang diikat dengan tali pengaman mencapai lereng bukit dengan selamat sambil berteriak, “Allahu akbar.”

“Ini adalah operasi yang lambat dan berisiko. Satu orang harus mengikat dirinya dengan tali dan dia akan pergi dengan kursi gantung kecil untuk menyelamatkan mereka satu per satu,” kata Abdul Nasir Khan, seorang warga.

[Gambas:Video CNBC]

(hsy/hsy)