Menu

Mode Gelap
Menkes Ingatkan Hal Ini Terkait Indonesia Cabut Status Pandemi Covid-19 Haram Katakan Empat Kalimat Ini ke Anak, Jangan Lakukan ya Ini Asal-usulnya Sepatu Bata, Ternyata Bukan Buatan Asli RI Jadi Tersangka Korupsi, Kabasarnas Henri Alfiandi Miliki Harta Rp 10,9 Miliar hingga Pesawat Terbang Kasus DBD di Riau Meningkat, Diskes Ingatkan Masyarakat Jaga Kebersihan dan 3M
Digital Marketing RWD Indonesia

Berita Terkini · 19 Sep 2023 13:37 WIB ·

Virus Nipah Mengancam: Peternak Babi Terpapar Paling Berisiko


 Virus Nipah Mengancam: Peternak Babi Terpapar Paling Berisiko Perbesar

RIAU REDAKSIVirus Nipah Mengancam: Peternak Babi Terpapar Paling Berisiko

 

Virus nipah muncul lagi dan telah menyebabkan kematian sejumlah pasien di Indonesia. Penyakit virus nipah ditularkan oleh hewan, terutama kelelawar buah.

Melansir laman resmi Kementerian Kesehatan RI, selain kelelawar buah sebagai host alamiah, virus Nipah juga dapat menginfeksi beberapa hewan seperti babi, kuda, kambing, domba, kucing, dan anjing. Virus Nipah sangat menular ketika sudah menginfeksi babi, dengan waktu infeksius terjadi saat masa inkubasi (4-14 hari).

Karena itu, salah satu kelompok paling berisiko terkena penyakit virus nipah adalah peternak babi yang memiliki kontak erat dengan hewan ternak tersebut. Umumnya, babi yang terinfeksi tidak mengalami gejala apapun, namun beberapa mengalami demam akut, sesak napas, dan gejala neurologis seperti gemetar, berkedut, dan kejang otot. Peternak per perlu diwaspadai pula apabila babi mengalami batuk yang tidak biasa (unusual barking cough).

Baca Juga:   Pinjaman Gadai BPKB Mobil Yogyakarta, DI Yogyakarta

Masih menurut Kemenkes, selain peternak babi, berikut adalah golongan yang paling berisiko terinfeksi virus Nipah:

  • Peternak babi atau petugas pemotong babi di area peternakan yang dekat dengan populasi kelelawar buah
  • Pengumpul nira/aren atau buah-buahan lain yang kemungkinan dikonsumsi kelelawar buah
  • Petugas kesehatan yang melakukan perawatan terhadap pasien terinfeksi virus Nipah
  • Tenaga laboratorium yang melakukan pengelolaan spesimen pasien terinfeksi virus Nipah
  • Keluarga atau kerabat yang merawat pasien terinfeksi virus Nipah

Epidemiolog dari Griffith University Australia,Dicky Budiman mengatakan bahwa virus Nipah merupakan highly pathogenic virus dan hingga saat ini belum ditemukan vaksinnya. Oleh karena itu virus ini berpotensi menjadi wabah (pandemic dan/atau endemic) dengan kemungkinan meninggalnya yakni 75%. Artinya dari 4 orang yang terdeteksi, maka 3 orang umumnya akan meninggal.

Baca Juga:   BRI Salurkan Bonus Atlet dan Pelatih SEA Games 2023 yang Ditetapkan Pemerintah

Catatan virus Nipah di peternakan babi

Berdasarkan data Kemenkes, Kejadian Luar Biasa (KLB) terkait virus Nipah dilaporkan pada September 1998 di peternakan babi di Kampung Sungai Nipah, Malaysia. KLB kedua terjadi di negara bagian Negeri Sembilan pada akhir Desember 1998.

Sebagian besar pasien mengalami ensefalitis (radang otak) akut, dan beberapa mengalami gangguan pernapasan.

Pada Maret 1999, peneliti berhasil mengkonfirmasi virus penyebabnya merupakan virus Nipah. Kontak dengan babi terinfeksi menjadi sumber utama penularan ke manusia.

Pada Mei 1999 KLB berhasil dikendalikan. Total kasus yang dilaporkan sebanyak 265 kasus dan 105 kematian dengan angka kematian 39,6%. Selama KLB, Malaysia memusnahkan lebih dari 1 juta ekor babi.

Baca Juga:   INPERALIS-P: Pemkab Bengkalis Tak Tuntas Atasi Masalah BBM dan LPG

Gejala virus Nipah

Seseorang yang terinfeksi virus Nipah akan mengalami gejala yang bervariasi dari tanpa gejala (asimptomatis), infeksi saluran napas akut (ISPA) ringan atau berat hingga ensefalitis fatal.

Berikut adalah sejumlah gejala yang bisa dialami seseorang akibat terinfeksi virus nipah:

  1. Demam
  2. Sakit kepala
  3. Muntah
  4. Nyeri tenggorokan
  5. Mudah mengantuk
  6. Penurunan kesadaran

Beberapa orang pun dapat mengalami pneumonia atopik dan gangguan saluran pernapasan berat. Pada kasus yang berat, ensefalitis dan kejang akan muncul dan dapat berlanjut menjadi koma dalam 24-48 jam hingga kematian.

Masa inkubasi hingga gejala ini muncul yakni berkisar 4-14 hari, bahkan dalam beberapa kasus ada yang sampai 45 hari.

 

*****
Lihat: : Sumber Berita

RIAU REDAKSI
# Portal Berita Pekanbaru # Portal Berita Riau # Berita Pekanbaru # Berita Riau

Artikel ini telah dibaca 3 kali

badge-check

Editorial Team

Baca Lainnya

Keyakinan Jokowi: Indonesia Akan Menjadi Raja Sepak Bola di Asia!

24 September 2023 - 11:51 WIB

Warga Rempang Sambut dengan Antusias Kegiatan Bakti Kesehatan Polri

24 September 2023 - 11:46 WIB

RS Eka Hospital BSD Angkat Suara Setelah Meledaknya Alat Radiologi

24 September 2023 - 11:46 WIB

700 Koli Ballpers Malaysia Berhasil Disita oleh Pangkalan TNI AL Dumai

24 September 2023 - 11:43 WIB

7 Cara Mudah Bayar Iuran BPJS Kesehatan, Termasuk Melalui Gopay dan OVO

24 September 2023 - 11:42 WIB

Menpora RI Dito Ariotedjo Apresiasi Kompetisi Honda DBL DKI Jakarta sebagai Pencarian Bakat Atlet Basket Pelajar

24 September 2023 - 11:42 WIB

Trending di Berita Terkini
Home
Trending
Terkini
Cari
Iklan