BERITA RIAU, INDRAGIRI HILIR – Sekitar seminggu yang lalu, kebaran lahan terjadi di Desa Kerta Jaya, Kecamatan Kempas, Indragiri Hilir (Inhil), Riau. Dari kejadian itu, diperkirakan 90 hektare lahan milik warga ludes terbakar.
GoRiau.com bersama BPBD Inhil, Kapolsek Tempuling, Dandramil Tempuling dan awak media lainnya pun mencoba melihat langsung kondisi lahan yang terbakar tersebut, Senin (5/8/2019).
Sekitar pukul 07.30 WIB kami memulai perjalan dari ibukota Kabupaten Inhil, Tembilahan menggunakan sepeda motor. Kemudian sekitar pukul 09.28 WIB kami pun tiba di Desa Pekan Tua, Kecamatan Kempas.
Menggunakan pompong kecil, kami pun menyebrangi Sungai Indragiri menuju Jeti milik PT Sumatera Riang Lestari (SRL) yang terletak di Desa Harapan Jaya, Kecamatan Tempuling.
Dari jeti tersebut, menggunakan mobil, sekitar 10 menit kami sampai di sebuah kanal kecil, di tempat itu kami menaiki sekoci kecil yang bermuatan sekitar enak orang.
Melalui kanal kecil itu, kami disuguhi pemandangan asri hutan yang indah dan sejuk di wilayah konsesi milik PT SRL, sekitar lebih kurang 20 menit perjalanan, kami sampai, di tempat itu kami melihat dua buah tenda kecil yang terbuat dari terpal berwarna biru.
Pada tenda pertama, tidak terlihat orang di dalamnya, hanya ada pakaian yang bergantung, sedangkan di tenda satu lagi, ada seorang gadis cantik menggunakan jas putih lengkap dengan peralatan ke dokterannya.
“Dia dokter Sri, memang di tugaskan oleh pihak PT SRL untuk membantu tim kebakaran kita jika ada yang butuh pengobatan,” jelas salah seorang dari perusahaan menjelaskan singkat.
Melewati dokter Sri, sekitar lima menit perjalanan kaki melewati jalan rerumputan kami pun sampai di sebuah lahan luas yang sebagian sudah terbakar, meski tidak terlihat lagi ada api, namun asap masih pekat mengepul di sekitar tempat tersebut.
Di tempat itu, kami bertemu beberapa orang pria paruh baya yang sedang berjibaku memadamkan api, salah seorang petugas pria bernama Jonson pun kami dekati dan bertanya terkait kebakaran lahan tersebut.
“Saya sudah seminggu di lokasi ini, kami dari perusahaan SRL, walaupun yang terbakar berada di luar konsesi kami, tapi kami punya kewajiban untuk ikut memadamkan api,” cerita Jonson.
Dikatakan Jonson, meskipun api sudah padam dan tinggal asap, ia dan rekan-rekannya tetap berjaga siang dan malam untuk memantau kalau-kalau api menyala kembali.
“Tergantung juga, kadang kalau malam api ada yang hidup lagi ya kita turun dan langsung padamkan,” lanjutnya.
Saat mata terasa mulai perih, kami pun mulai meninggalkan lokasi lahan yang terbakar, dan kembali ke tenda tempat dokter Sri dan obat-obatan yang dibawanya berada.
Kepada kami dan rombongan, dokter Sri pun menawarkan untuk melakukan pengecekan tekanan darah dan kadar oksigen.
“Mau di cek tensi dan kadar oksigen dulu bapak-bapak, soalnya baru dari lokasi kebakaran. Kalau terasa sesak atau gak enak bilang saja, biar langsung kita kasi tambahan oksigen,” ujar dokter bernama lengkap Sri Riski Malau menwarkan kepada kami.
Sembari beberapa orang mencoba mengecek kadar oksigen, kami pun makan siang bersama-sama di dalam tenda tersebut.
Setelah makan siang selesai, Kepala Regu Pemadam Kebakaran PT SRL Blok IV Estate Bayas, Saut Sitohang pun bercerita bahwa tim yang dipimpinnga memiliki 45 anggota yang masuk dalam tim inti.
Untuk memadamkan api pada kebakaran lahan ini saja, dijelaskan Saut, pihaknya membawa 19 unit peralatan Damkar yang terdiri dari 4 unit pompa induk, 6 unit pompa apung, 9 pompa jinjing dan dua unit alat berat berupa eskavator.
“Kami juga tidak tahu penyebab api ini ya, karena di sini jauh dari pemukiman warga, mungkin saja dari rokok warga yang mencari burung atau mencari rotan,” jelasnya.
Melihat semua kesiapan PT SRL dalam membantu pemadaman kebakaran lahan tersebut, Kepala BPBD Inhil, Yuspik pun memberi pujian, ia pun kagum dengan RPK PT SRL.
“Semua persiapan tim ini luar biasa, dari segi peralatan saja jauh di atas kami. Belum lagi langsung bawa dokter ke lokasi, jadi setiap anggota yang bergantian melakukan pemadaman langsung di cek kesehatannya. Semua dipersiapkan dengan maksimal,” ujar Yuspik.
Memadamkan api di atas tanah gambut ternyata bukan hal yang mudah, meski api terlihat sudah padam, namun sewaktu-waktu bisa muncul kembali.
Pak Jonson dan teman-temannya termasuk dokter Sri adalah orang-orang hebat, yang rela meninggalkan keluarganya, tidur di dalam tenda di tengah rerumputan dan selalu waspada jika api menyala kembali, harus di apresiasi.
Ditengah perjuangan mereka semua, mereka selalu menaruh harapan, api tidak hidup kembali dan doa terbesar mereka adalah hujan segera turun agar api dan asap hilang sekaligus.
Sumber : www.goriau.com