RIAU REDAKSI – Jakarta, Keluarga Kesultanan Brunei Darussalam menarik perhatian dunia saat ini. Pernikahan Pangeran Abdul Mateen dengan Anisha Rosnah binti Adam, menjadi perhatian media sosial.
Pasalnya, pernikahan itu digelar sangat mewah selama 10 hari berturut-turut. Tentu saja, kemewahan yang diperlihatkan berkaitan erat dengan harta kekayaan Sultan Hassanal Bolkiah.
Perlu diketahui, Sultan Hassanal Bolkiah adalah raja nomor dua paling tajir di Asia Tenggara. Kekayaannya, menurut South China Morning Post, mencapai US$ 28 miliar atau setara dengan Rp 435 triliun. Selain itu dia juga punya mobil mencapai 6.000 unit, termasuk Rolls-Royce berlapis emas.
Lalu, dari Mana Sumber Harta Kekayaan Milik Sultan Hassanal Bolkiah?
Secara garis besar, kekayaan kesultanan diperoleh dari eksplorasi minyak dan gas (migas) di wilayah Brunei. Mengacu pada sejarah, eksplorasi minyak di sana bermula pada 1928 oleh perusahaan asal Inggris, Shell.
Sejak penemuan minyak itulah Kesultanan Brunei Darussalam bertransformasi dari negara dagang ke negara minyak yang kaya dan makmur. Salah satu tokoh kunci yang muncul bersamaan proses transformasi adalah Hassanal Bolkiah yang menjadi sultan menggantikan ayahnya, Sultan Omar, pada 1967.
Di tangan Bolkiah, Brunei memanfaatkan produksi puluhan juta barel minyak per tahun sebagai pondasi transformasi menjadi salah satu negara kaya di Asia Tenggara. Salah satu rekor tertinggi produksi minyak Brunei terjadi pada tahun 1980.
Di tahun tersebut, mengacu pada Brunei Darussalam Yearbook, produksi minyak Brunei sukses mencapai 82 juta barel minyak. Dengan besarnya produksi migas tersebut bukan keluarga kesultanan menjadi makmur.
Istana bisa berdiri megah dan mereka pun bisa memupuk kekayaan. Namun, kemakmuran itu juga terjadi ke seluruh rakyat.
Laporan Economist menyebut berkat keuntungan dari migas, Brunei bisa membebaskan warga dari pajak penghasilan. Bahkan, memberi pendidikan gratis, subsidi bahan pangan, dan sebagainya.
Meski begitu, seiring waktu sektor migas juga tak lagi jadi andalan Brunei untuk memupuk kekayaan. Tentu ini disebabkan karena harga migas makin tidak stabil dan menurunnya produksi tahunan migas Brunei.
Alhasil, Sultan Bolkiah lantas melakukan diversifikasi bisnis. Salah satu yang masif adalah lewat investasi di luar negeri yang dilakukan oleh Brunei Investment Agency (BIA) sejak tahun 1990-an.
Diketahui, BIA melakukan investasi di AS, Australia, dan banyak negara Eropa. Salah satu aset BIA adalah kepemilikan hotel yang tersebar di Los Angeles, London, dan Paris.
Di Indonesia, BIA juga memiliki hotel di Bali bernama Nusa Dua Hotel Beach & Spa. Selain hotel, BIA juga berinvestasi di perusahaan-perusahaan dan properti.
Jadi, sektor migas dan investasi-lah yang membuat Brunei Darussalam memperoleh pendapatan. Besarnya pendapatan dari dua sektor inilah yang berdampak juga pada peningkatan Sultan Hassanal Bolkiah sebagai penguasa absolut di Brunei Darussalam.
*****
Lihat: : Sumber Berita
RIAU REDAKSI
# Portal Berita Pekanbaru # Portal Berita Riau # Berita Pekanbaru # Berita Riau